Semua yang datang ke Masjidil Haram punya
keinginan mencium hajar aswad. Sebuah ritual yang pernah dilakukan Nabi
Muhammad SAW dan diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Namun, apa sebenarnya makna dari mencium hajar aswad?
hajar aswad selalu menjadi tempat paling
padat di sudut kakbah. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit, tak pernah
sepi dari jemaah. Sebelum dan selesai tawaf, mereka berdesak-desakan, bahkan
tak jarang sampai dorong-dorongan demi mencium batu yang diyakini dari surga
tersebut.
Ada yang menggunakan strategi khusus agar
bisa mencium hajar aswad. Beberapa jemaah menyusuri sisi kakbah dari rukun
Yamani, lalu sedikit demi sedikit meringsek masuk ke depan hajar aswad.
Sebagian jemaah lainnya datang dari arah depan, berbaris, berdesakan, sampai ke
mulut hajar aswad. Kondisi ini semakin tak beraturan karena ada jemaah juga
yang sedang melakukan tawaf. Jemaah yang mengantri hajar aswad menghentikan
arus jemaah yang tawaf.
Sebagai objek paling dicari saat di
Masjidil Haram, tak heran banyak jemaah yang rela bersikut-sikutan, bahkan
sampai menyakiti orang lain untuk mencapai tujuannya. Di beberapa kasus, ada
juga yang memanfaatkan keinginan jemaah dengan menjadi 'calo' hajar aswad.
Mereka menawarkan kekuatan untuk memberi jalan pada siapa pun yang berani
membayar mahal untuk mencapai hajar aswad. Namun aksi para calo ini tentu saja
terlarang kerap jadi incaran para petugas keamanan.
Untuk lebih memahami makna hajar aswad,
soal makna terdalam dari mencium hajar aswad.
Dijelaskan oleh Aswadi, hajar aswad
dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga menjadi ibadah sunah. Namun ibadah
tersebut bisa menjadi negatif bila dilakukan dengan cara-cara tidak benar,
seperti menganiaya orang lain, apalagi sampai menyakiti orang lain. Aswadi
menyarankan, tidak perlu memaksakan diri untuk mencium hajar aswad, toh sudah
diberi ketentuan cukup dengan takbir dan terus berjalan.
Baca Juga Artikel Lainnya :
"Dulu Makkah atau kakbah itu dikenal
juga dengan nama bakkah. Artinya menangis atau curhat atas beban hidup yang
berat. Sehingga setelah dari situ, menjadi tenang. Itu awal fungsinya," kata
Aswadi.
Rasulullah SAW melakukan itu di depan batu
hajar aswad. Beliau mencium batu dan menangis karena di situlah tempat
menumpahkan air mata. Namun Rasulullah juga menggariskan, bila tidak mampu
mencium hajar aswad, tidak perlu melakukannya.
"Mencium itu sesungguhnya sinkronisasi
antara kesucian jiwa dan kesucian kakbah. Walaupun tidak mencium kita bisa
mencari hubungan spiritual itu dengan menumpahkan semua permasalahan dan
dosa-dosa kita. Sinkronisasi spiritual kakbah dengan spirit kita," paparnya.
Hajar aswad adalah simbol kekuatan yang
didatangkan dari surga. Batu tersebut aslinya berwarna putih. Batu itu
menggambarkan bahwa mahluk ciptaan Allah sesungguhnya berasal dari kesucian.
Namun dalam perjalanannya, manusia tak luput dari dosa. Maka mencium hajar
aswad itu sesungguhnya adalah mencium dan mengakui semua dosa kita untuk
menjadi kembali bersih dan suci.
"Ini masalah kepatuhan. Memang tidak
bisa dirasionalkan,"
Di samping hajar aswad ada multazam, atau
pintu kakbah. Sesungguhnya, makna berdoa di dekat pintu tersebut juga untuk
mencapai pintu kebebasan. Di saat manusia sudah sinkron dengan kakbah dan
menyesali perbuatannya, maka akan terbuka pintu keluasan, selama permintaan itu
dalam konteks kebaikan.
Kepada para jemaah haji maupun Umroh, Aswadi
kemudian berpesan agar jangan pernah berniat mencium hajar aswad agar bisa
disanjung orang. Apalagi jadi kebanggaan tersendiri sehingga membuat makna
terdalam dari ibadah tersebut tidak tercapai.
"Karena perintah Allah itu butuh
ketulusan, bukan kebanggaan. Jangan melakukan kebaikan kalau tidak menghasilkan
manfaat,"